Setiap Detik adalah Kesempatan Kita


Tampilkan postingan dengan label Culture. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Culture. Tampilkan semua postingan

Inilah Alasan Buah Kurma dijadikan Menu buat Buka Puasa

Kurma identik sebagai makanan manis untuk berbuka puasa. Tak hanya manis rasanya, tapi memiliki gizi yang baik dibanding manisan buah kering lainnya.

Kebiasaan mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa juga merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan para nabi. Bahkan kebiasan itu telah menjadi sunnah rasul.

Seperti dikutip dari laman Glamour.com, rasa manis buah kurma tidak seperti buah kering lainnya. Rasa manis dan masyirnya yang mudah meleleh di lidah memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, terutama saat dikonsumsi untuk berbuka puasa.

Mengapa? Sifatnya yang mudah meleleh membuat kurma mudah dicerna. Hal ini tepat dikonsumsi saat buka puasa karena organ pencernaan, khususnya lambung membutuhkan makanan lembut setelah sehari tak tersentuh makanan.

Tak hanya itu, kurma juga mengandung gula dan air sehingga membuatnya semakin mudah dicerna dan sampai ke darah. Kurma juga mengandung kalium yang bermanfaat mengendalikan tekanan darah dan membantu kerja otot.

Kurma memang memiliki kandungan kalori lebih tinggi dibanding buah kering lainnya. Namun, kandungan kaliumnya mampu menekan natrium atau garam berlebih penyebab hipertensi. Itulah mengapa pengidap hipertensi juga sangat disarankan mengonsumsi kurma. Cukup konsumsi 5 buah kurma sehari demi mencukupi kebutuhan kalium harian.

Para peneliti di University of Scranton menambahkan, kurma juga memiliki konsentrasi polyphenol tertinggi dibanding buah-buahan kering lainnya. Sebagai antioksidan, polyphenol berperan bagi kekebalan tubuh terhadap infeksi dan serangan penyakit. 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeyal_H1EguN2Kt0h5F6dkYnLwqWHS-1x-kuO2jgxP-nX_Luety3lAc2nGraNb8MTojDlhol5bn7r_xXmVsOeRAZTW6HU55TIT9zx0btNQMXyGQnawXXcM1kFlTsgDfn9Zie8hyphenhyphendkQTQ1a/s400/kurma001 Keajaiban Kurma

Kurma, merupakan salah satu makanan khas saat bulan Ramadhan tiba. Setiap kali menjelang berbuka puasa, buah manis berwarna cokelat terang hingga gelap ini sering menjadi menu perdana berbuka.

Dikutip dari Arab News, pakar kesehatan Paul Gross dalam bukunya 'Buah-buahan Super' menyebutkan ada beberapa faktor yang membuat jenis buah tertentu dikategorikan sebagai buah super. Yakni nutrisi, kandungan fitokimia, warna serta berbagai uji klinis mengenai manfaat buah.

Kurma atau dalam bahasa ilmiahnya dactylifera phoenix merupakan buah asli dari Semenanjung Arab, Timur Tengah dan Afrika Utara. Warna kurma beragam, dari coklat terang hingga mendekati warna hitam. Bentuknya pun berbeda-beda, dari persegi panjang, bulat kecil hingga berukuran besar dan panjang. Kebanyakan buah potensial ekspor itu berupa kurma kering.

Kurma kaya akan gizi, fitokimia, air dan gula alamiah untuk mempertahankan kesehatan suku badui saat di padang pasir. Kandungan fruktosa dan glukosa dalam kurma adalah sumber energi sekaligus kaya asam amino.

Keuntungan lain kurma, buah ini rendah lemak namun kaya serat dan prebiotik dan pitosterol, yang membantu mengendalikan kadar kolesterol. Kurma kaya akan selenium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, dan besi yang meningkatkan kekebalan serta melindungi jantung, membangun massa tulang, dan meningkatkan sel darah merah.

Vitamin B dan C di dalamnya juga penting bagi kesehatan dan kekebalan tubuh. Asam lemak omega dalam kurma terbukti menyehatkan jantung, kulit, dan otak yang mirip dengan minyak zaitun.

Kurma juga berfungsi sebagai buah detoksifikasi dan mengurangi radikal bebas dalam tubuh dengan kandungan karotenoid, polifenol, anthocyanin, proanthocyanidins oligomer, tanin, luteolin, quercetin, dan apigenin.

Dari studi para ilmuwan Abu Dhabi, kurma terbukti mampu menekan bakteri menembus membran sel dan mencegah infeksi serta lebih tahan disimpan dalam jangka waktu lama.

Di Arab, sejak dahulu, kurma telah dikenal sebagai pengobatan tradisional untuk banyak kondisi, mulai dari gangguan pencernaan dan pernafasan dan membangun tulang untuk kehamilan, kelahiran,membantu ibu menyusui, meningkatkan sperma, meningkatkan dorongan seksual, dan kesuburan hingga energi selama melahirkan, dan mencegah pendarahan.

Jadi, sungguh cocok jika Anda memilih kurma sebagai menu berbuka untuk memulihkan energi setelah seharian berpuasa.  

Sumber: Random Blog

Agama-Agama Asli Di Nusantara

Agama Asli Nusantara adalah agama-agama tradisional yang telah ada sebelum agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu masuk ke Indonesia.

Mungkin banyak di kalangan masyarakat Indonesia sudah tidak lagi mengetahui bahwa sebelum agama-agama “resmi” (agama yang diakui); Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha, kemudian kini Konghucu, masuk ke Nusantara atau Indonesia, di setiap daerah telah ada agama-agama atau kepercayaan asli, seperti agama Sunda Wiwitan yang kini tersisa pada etnis Baduy di Kanekes (Banten); agama Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur (dan ada beberapa penamaan lain) di Kuningan, Jawa Barat; agama Buhun di Jawa Barat; Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur; agama Parmalim, agama asli Batak; agama Kaharingan di Kalimantan; kepercayaan Tonaas Walian di Minahasa, Sulawesi Utara; Tolottang di Sulawesi Selatan; Wetu Telu di Lombok; Naurus di Pulau Seram di Propinsi Maluku, dll. Didalam Negara Republik Indonesia, agama-agama asli Nusantara tersebut didegradasi sebagai ajaran animisme, penyembah berhala / batu atau hanya sebagai aliran kepercayaan.

Hingga kini, tak satu pun agama-agama dan kepercayaan asli Nusantara yang diakui di Republik Indonesia sebagai agama dengan hak-hak untuk dicantumkan di KTP, Akta Kelahiran, pencatatan perkawinan di Kantor Catatan Sipil ,dsb. Seiring dengan berjalannya waktu dan jaman, Agama Asli Nusantara semakin punah dan menghilang, kalaupun ada yang menganutnya, biasanya berada didaerah pedalaman seperti contohnya pedalaman Sumatera dan pedalaman Irian Jaya.


Berikut Daftar Agama Asli Indonesia (kepercayaan)

~ Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten)
Sunda Wiwitan (Bahasa Sunda: "Sunda permulaan", "Sunda sejati", atau "Sunda asli") adalah agama atau kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur (animisme dan dinamisme) yang dianut oleh masyarakat tradisional Sunda. Akan tetapi ada sementara pihak yang berpendapat bahwa Agama Sunda Wiwitan juga memiliki unsur monotheisme purba, yaitu di atas para dewata dan hyang dalam pantheonnya terdapat dewa tunggal tertinggi maha kuasa yang tak berwujud yang disebut Sang Hyang Kersa yang disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Penganut ajaran ini dapat ditemukan di beberapa desa di provinsi Banten dan Jawa Barat, seperti di Kanekes, Lebak, Banten; Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, Cisolok, Sukabumi; Kampung Naga; dan Cigugur, Kuningan. Menurut penganutnya, Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan yang dianut sejak lama oleh orang Sunda sebelum datangnya ajaran Hindu dan Islam.

~ Agama Djawa Sunda (Kuningan, Jawa Barat)
Agama Sunda adalah kepercayaan sejumlah masyarakat yang tersebar di daerah Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Agama ini juga dikenal sebagai Cara Karuhun Urang (tradisi nenek moyang), agama Sunda Wiwitan ajaran Madrais atau agama Cigugur.

Agama Sunda ini dikembangkan oleh Pangeran Madrais dari Cigugur, Kuningan. Oleh pemerintah Belanda, Madrais belakangan ditangkap dan dibuang ke Ternate, dan baru kembali sekitar tahun 1920 untuk melanjutkan ajarannya.

~ Buhun (Jawa Barat)

~ Kejawen (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
Kejawen (bahasa Jawa Kejawèn) adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa.

Kejawen dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Ciri khas utama agama Kejawen ialah adanya perpaduan antara animisme, agama Hindu dan Buddha. Namun pengaruh agama Islam dan juga Kristen nampak pula. Kepercayaan ini merupakan sebuah kepercayaan sinkretisme.

Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah"). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep "keseimbangan". Dalam pandangan demikian, kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya. Hampir tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi) namun pembinaan dilakukan secara rutin.


~ Parmalim (Sumatera Utara)
Parmalim, adalah nama sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dibilang agama yang terutama dianut di provinsi Sumatra Utara. Agama Parmalim adalah agama asli suku Batak.

~ Kaharingan (Kalimantan)
Kaharingan/Hindu Kaharingan adalah religi suku atau kepercayaan tradisional suku Dayak di Kalimantan. Istilah kaharingan artinya tumbuh atau hidup, seperti dalam istilah danum kaharingan belum (air kehidupan), maksudnya kepercayaan atau agama suku yang hidup dan tumbuh secara turun temurun dalam masyarakat Dayak di Kalimantan.


~ Tonaas Walian (Minahasa, Sulawesi Utara)

~ Tolottang (Sulawesi Selatan)

~ Wetu Telu (Lombok)
Wetu Telu (bahasa Indonesia:Waktu Tiga) adalah praktik unik sebagian masyarakat suku Sasak yang mendiami pulau Lombok dalam menjalankan agama Islam. Ditengarai bahwa praktik unik ini terjadi karena para penyebar Islam pada masa lampau, yang berusaha mengenalkan Islam ke masyarakat Sasak pada waktu itu secara bertahap, meninggalkan pulau Lombok sebelum mengajarkan ajaran Islam dengan lengkap. Saat ini para penganut Wetu Telu sudah sangat berkurang, dan hanya terbatas pada generasi-generasi tua di daerah tertentu, sebagai akibat gencarnya para pendakwah Islam dalam usahanya meluruskan praktik tersebut.

~ Naurus (pulau Seram, Maluku)

~ Aliran Mulajadi Nabolon


~ Marapu (Sumba)
Marapu adalah sebuah agama lokal yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sumba. Agama ini merupakan kepercayaan yang memuja nenek moyang dan leluhur.

~ Purwoduksino

~ Budi Luhur

~ Pahkampetan

~ Bolim

~ Basora

~ Samawi

~ Sirnagalih



Sumber: Wikipedia Indonesia

Tradition of Meron at Sukolilo-Pati


Meron is a tradition to commemorate the birth of Prophet Muhammad SAW Sukolilo also take place in the district, 27 km south of the starch. The ceremony was marked by the procession of rice cone that according to the local people called Meron. Rice cone was brought to the mosque as a completion ceremony Sukolilo salvation. Meron procession was followed by a variety of local traditional arts. After the ceremony finished salvation, rice Meron then distributed to all visitors.


The Origins of The Tradition of Meron

Pati and Mataram have a good kinship. They agreed to develop a fertile Islam and oppose every influence of foreign powers. Many powerful warriors who were brought to the Pati Mataram to train the military. Therefore they have to live for months or even years in Pati. There is a guy named Ki Suta Kerta the demang Sukolilo. Although his father and grandfather came from Mataram he had never known ancestor of the earth. But he lives in Pesantenan bersukur because his city also prospered. Instead brother named Sura Ki Suta Kadam wants devotion to Mataram. He too went to Mataram, when it was getting to the Sultan, there was a commotion. There's an elephant rampage and killed herdsmen. Kadam Sura was trying to resolve the situation. He managed to domesticate the elephant and menunggaginya, he became a retainer of Mataram in charge of taking care of elephants. One day Sura Kadam in charge of Mataram troops conquered the Duchy of Starch. After the war was to see Sura Kadam sudaranya in Kademangan Sukalilo. Demat Sura Kerta shocked and frightened. He was afraid of being caught and arrested. Sura Kadam know about it and explained that the purpose of his arrival is to connect the ties of brotherhood and he has devoted himself to the Mataram. He asked for permission so that the soldiers be allowed to stay in Kademangan Sukolilo while waiting for the right to return to Mataram. Sura Kadampun suggested that such events Maulud sekaten to honor the Prophet and to give entertainment to the people. Then they make a noise like sekaten arena. The people are elated. That's why the crowd was called Cameron from crowded Java language and the iron-tiron-clone.
 In the procession of the event, diiring some mountains that are very distinctive, because it is divided into three parts.
The upper part is a circular mustaka colorful flowers contain a rooster or a mosque. Rooster symbolizes the spirit of soldiering, the mosque is the Islamic spirit, and the flower symbol of brotherhood.
The second part is made ​​of mountains, or series ampyang roncean colorful crackers made ​​from flour and trickle or a traditional pastry made ​​from flour and flour mixture. Ampyang shield or shield symbolizes the warrior and united determination or bowsprit symbol of unity. As for the third or bottom of the hill called the rack or support. It comprises upper rack shelf that symbolize faith, a symbol of islam middle rack, and rack wah ba ikhsan symbol or goodness.


Original Post: Wikipedia[dot]org

Ludruk Culture of Java

Ludruk is the art of traditional drama of East Java. Ludruk is a traditional drama performed by an arts group in gelarkan disebuah take the stage with stories about people's daily life, stories of struggle and others are interspersed with jokes and accompanied by the gamelan as a musical.

Dialogue / monologue in ludruk be entertaining and make the audience laugh, using language typical of Surabaya, although there are occasional guest stars from other areas such as Jombang, Malang, Madura, Madison with a different accent. Straightforward language that is used in ludruk, making him easily absorbed by the non-intellectual (pedicab drivers, watchmen, drivers of public transport, etc).

A staging ludruk Remo Dance usually begins with staging and interspersed with a character who memerakan "Mr. Sakera", a master of Madura.

Kartolo is a legendary comedian ludruk from Surabaya, East Java. He has over 40 years of living in a world of art ludruk. Kartolo name and his voice is distinctive, with an innocent and intelligent farce, known almost all over East Java, Central Java even.

Ketoprak Ludruk different from Central Java. Ketoprak stories are taken from the ancient story (history and fairy tales), and is a particular message. While ludruk tells the story of everyday life (usually) among the underprivileged.

Original Post: Id[dot]wikipedia[dot]org

Charity Procession Sea at Yogyakarta

Charity ceremony Poncosari Sea is located in the hamlet Ngentak, Poncosari Village, District Srandakan, Bantui District, Yogyakarta Province. With the city center, the village is about 27 km to the southeast. Because people make their living as fishermen Ngentak the charity was intended as a given gratitude for the safety of fishermen and fishing income in the form and addressed to the Sovereign of the Seas, in the hope that the fishermen are always given a lot of results and safety is always given. The event was held once every year and falls on the first Sunday in the month of Shawwal, and has been running for generations. So for example, the first Eid falls on Wednesday, then on Sunday do Alms Ceremony Sea. According to local adat, that chooses the first Sunday in the month of Shawwal was brethren intended or grandchildren who lived far from the village of Poncosari still vacationing at his parents' house so they can watch the ceremony tersebut.disamping because Sunday is a day off, so it can be animate Beach Pandan Simo. Thus, it can increase income areas because many visitors are there. About time to start the ceremony is at 10:00 am and sometimes ending up at 14.00 noon. In this case depends on the extent of the event. The ceremony is handled by the fishermen hamlet Ngentak. Among them, there is one person whose job is to melabuh offerings to sea. According to adat, the choice should be someone who is reliable. While the wives of fishermen in charge of cooking and preparing offerings.Sea Alms ceremony began with the burning incense and prayers led by Mbah Clark seabgai Interpreter Lock petilasan HB VII. Before you burn the first incense mBah Clark sat cross-legged facing the sea and worshiped and followed by burning incense. Once completed and pray together led by caretaker. In this ceremony, the equipment used is as follows:
  1. The boat with outboard motor, which will be used to bring the offerings to be dilabuh to sea, 
  2. Shelf, from parts of a woven bamboo with a rectangular shape to place offerings.
  3. Jodhang, wooden rectangles made to transport the offerings to be brought to the coast,
  4. Tampah / tambir, rounded shape of woven bamboo to place offerings.
  5. Pengaron, made of clay for extra rice.
  6. Takir, made of banana leaves are formed at both ends and then given a leaf or leaves of young coconut porridge to place offerings.
  7. Ceketong, made of banana leaves for a spoon.
The offerings there are a variety of offerings that are specific to the future Queen of South Kanjeng dilabuh, namely:
  • Interest Telon, consisting of roses, jasmine, magnolia, ylang, and so on
  • Cosmetics for women include bedhak, combs, perfume, eyebrow pencil, and so forth.
  • Clothing or pengadek sacks full of women, there are shirts, pants, bras, kebaya that everything must be new.
  • Jenang-jenangan, the red, white, black, bran bars, and so forth
  • Snack market, which is a small food such as nuts, plates, slondok, and so purchased in the market.
  • Rice udhuk or savory rice, rice cooked with coconut milk, salt, and so forth.
  • Ingkung Chicken, cooked whole cock with both feet and wings tied.
  • Banana sanggan, of which amount to an even plantains.
  • Pulut bananas, plantain bunch and bunch of sticky rice.
  • Side dishes, consisting of peanut brittle, crackers, soy, tanto, and so forth.
  • Crudites, consisting of cabbage, finely chopped beans.
During the preparation and implementation of the Sea Alms ritual, all activity stopped at sea. On the eve of D-Day, held tahlilan led by Rois or Kaur Ngentak Hamlet area. In the morning, cooked items for the preparation of the offerings began to be set in place which has been prepared by the mothers and then checked for completeness by the Indigenous Stakeholders. On the other hand, fathers who will follow the procession ready to wear clothing kejawen, was in charge tekong to anchor ready to sail outfit equipped with floats. Please note that this Ngentak rural communities each RT already has its own uniform, for example, a resident of RT 01 uniform with red flowers, a resident of RT 02 yellow flowers and so forth. Uniforms are worn whenever there is activity in the village and every Marine Alms Ceremony.Towards 10.00 am, jodhang its other offerings brought to the coast starting carried teberapa accompanied by a uniformed ranks of the RT in the Ngentak. Once there has been received by the committee in charge. But before that first came to the Interpreter Lock already taken cared HB VII to burn incense and begged blessing. Then the top event is melabuh Sea Alms ritual offering of goods into the sea by a tekong on duty. All items used for the ceremony has meaning as an offering gratitude to the Almighty because Kanjeng Queen of South as the South Seas for the safety of guards and their income in Segoro fishing in the South or the South Seas. Various offerings it has its own meaning:a) Banana sanggan, as a symbol of the king or queen is the highest,b) Banana King birdlime, as a symbol of the followers, so tetep, sticky, kelet, so the relationship between the king and the people that remain timeless and inherent.
  1. Jenang bars (red and white) with a cross, a symbol of public order in a living Ngentak nothing to obstruct, 
  2. Jenang red and white, as a symbol of mothers who gave birth to a human,
  3. Jenang black, as a symbol of dedication to his or Kakang crater adi placenta
  4. Ameng Rice, as a symbol of salvation request of the Supreme Court,
  5. Rice apostolic / udhuk, as a symbol of lord of the Prophet Muhammad,
  6. Ingkung Chicken, a symbol of lord Prophet Muhammad SAW.
  7. Fresh water, as a symbol of salvation.
  8. Equipment and clothing women's beauty, as a symbol of her fondness for dressing up,
  9. Interest, as a symbol of fragrance application.
Approximately 15 years of tradition is carried by each house. During its development, Sea Alms ritual is carried out in groups so that more festive and lively. Next to his place, because to invoke the safety of the South Sea Queen, then it should be on the beach, the Beach Pandan Simo and facing the South where the Queen of the South are. As the closing ceremony staged a variety of arts including Jatilan and salawatan.

RIEF HAM NOTES Copyright © 2011-2012